Kid, seperti kamu tau, Ayah kan jadi hobi sepedahan (lagi). Nah.. setelah beberapa bulan sepedahan pake United Nucleus hardtail, lama-lama merasakan kebutuhan (dan terutama keinginan siih) untuk upgrade sepeda. Sebenarnya, pakai Nucleus ini enak, ringan. Berat frame nya hanya 1,7 kilo tuh. Geometri nya rangka ukuran 17 incinya pun pas banget buatku yang tinggi 169cm dengan inseam entah berapa ini. Untuk manuver dan blasak blusuk di medan cross country di seputaran kota Gorontalo cukup lah. Tapi yaah.. namanya manusia yang ga pernah puas.. lama-lama si Loeny ini (nama si United Nucleus) jadi kurang memuaskan.
Hal-hal yang bikin si Nucleus terasa “kurang” :
- Hardtail, beberapa kali melibas jalanan rusak, terasa ban belakang agak “lari-lari” karena mental mentul di batuan. Belum lagi pantat yang sakit kalo duduk, dan paha yang pegel karena bekerja keras jadi peredam getaran.
- Sokbreker depan keras. Sekarang sokbreker depan pakai RST Gila travel 100mm. Di jalan makadam, getaran tidak bisa diredam sempurna karena kerasnya sokbreker ini, jadinya tangan yang jadi peredam :hammer:. tapi tetep aja, getarannya bisa sampe ke kepala… hiiii..
- Rem, sekarang pake tekro IO mekanik (yang pake kabel ituuu), dan pernah saat melibas turunan dikecepatan agak tinggi, nipel rem nya dol saking kerasnya kutarik rem.. untuk ga jatuh… T.T
- Groupset, yang dipake adalah Shimano Alivio 8 speed megarange. Tapi FD dan crank nya shimano non series. Di beberapa kondisi “berat”, sering agak susah pindah gigi (shifting) ke gigi yang lebih ringan. Walhasil… terpaksa turun dari sepeda karena ga kuat gowes. hehehe.. Kadang juga saat pedaling di tanjakan, RD belakang sering pindah sesaat (katanya sih namanya ghost shifting), namun akhirnya bisa diatasi dengan melumasi kabel2.
Ada beberapa opsi upgrade sepeda dari hasil konsultasi dan cari referensi di kaskus dan sepedaku. Persyaratan umumnya adalah :
- Harus fulsus, dengan shock belakang yang bisa di lock agar lebih efisien di tanjakan.
- Shockbreker depan punya travel minimal 120mm, lebih empuk, bisa disetel keras empuknya, dan bisa dilock. Lagi-lagi demi efisiensi pedaling.
- Groupset yang mumpuni,
- Rem hidrolik, baik itu mineral (shimano) ataupun DOT (avid, dll).
Jadi inilah opsinya :
- Upgrade shockbreaker depan. Pilihannya RST Titan Air travel 120mm, atau RockShock Tora U Turn 302 Travel 85-130 yang bisa di lock, di harga 1,5an sampe 2jt an.
- Upgrade Groupset ya minimal full alivio. Inginnnya sih deore, dengan teknologi shadow di RD dan hollowtech di crank. Sempet kepikiran pengen punya SRAM dengan promosi actuation ratio 1:1 yang katanya lebih cepat dan smooth. Tapi kok mahal yah? T.T. Pake full Alivio 2011 9 speed seharga 2 jutaan atau Deore 9 speed seharga kira-kira 3,6juta an udah termasuk brakeset hidrolik.
- Ganti frame pake United Patrol 512+RockShock Ario seharga 3,9juta.
Waduh.. ternyata ini sama aja dengan beli sepeda baru… T.T. Mahal, dan nanti malah bingung, sisa2 Nucleus mau dikemanain? Dan akhirnya dipertimbangkan untuk membeli sepeda utuh 1 lagi… hehehe…
Pilihan jatuh lagi ke fullbike rakitan United Patrol 512, Polygon Collosus, Element AMS Pro, atau Wim Cycle Adrenaline Agent.
- United Patrol 512 rakitan.
Hasil browsing menunjukkan, rakitan dengan groupset deore harganya diatas 8,5juta. Itupun ada beberapa part yang seken. Duh belon berani pake yang seken euy. Kalo yang full deore dan 100 % baru, biasa ditawarkan dengan harga diatas 9juta. hiks.. hiks…
- Polygon Collosus, setelah tanya-tanya dan browsing, entah kenapa, jadi ga gitu suka sama polygon. Jadi akhirnya kucoret dari daftar.
- Element AMS Pro. Sepeda ini ditawarin oleh majuroyal. Emang sempet berpikir serius untuk meminangnya. Groupset Full Deore, Shock belakang RS air RST Element with lock, Fork RST Titan air 120 remote lock. Bener-bener memenuhi harapanku akan sebuah sepeda fullsus. Cumaaa, kang Bayu Wahyudi sang moderator forum sepeda kaskus, menasehati untuk tidak mengambil Element AMS Pro ini, karena asal usul sepeda kurang jelas, bikin susah kalo ada masalah, dan juga belum ada review dari pemakai. Jadi kuurungkan niat beli deh.
- Wim Cycle Adrenaline Agent XC 3. Dengan harga sekitar 8,8juta. Banyak yang menilai sepeda ini “terlalu murah”. Groupset XT di mix dengan Deore, Brakeset Hidrolik, Shock depan RockShock Tora SL 100m, dan shock belakang Suntour Raidon Epicon. Muanstab. Cuma ada beberapa masalah : Ketersediaan barang. Susaah sekali cari barangnya. Trus shock depannya masih travel 100, padahal pengennya kan 120mm. Trus pivot belakang masih pake bushing biasa, belum pake sealed bearing seperti pada Collosus ataupun Patrol 512.
Bolak balik tanya ke majuroyal dan kang Bayu, membuatku membulatkan niat : beli Adrenaline Agent aja deh. Kekurangan di sokbreker depan kan gampang. Nanti setelah disiksa abis-abisan dan terasa memang perlu ganti, RockShock Tora SL nya bisa dilengserkan ke Nucleus. Apalagi majuroyal kasi tawaran menggiurkan sampe gorontalo. Namun ternyata nasib berkata lain : Saat niat saya sudah bulat, oom majuroyal bilang kalo adrenaline di gudang Wim Cycle sudah habis dan akan diskontinyu. hiks… hiks..
Saat itu Ayah sedang tugas ke Manado. Jadi disela kerjaan, sama-sama Anggi, iseng maen ke Dunia Sepeda, toko sepeda di daerah Tanjung Batu, Manado. Begitu masuk, mata langsung terpaku pada sesosok sepeda gagah berwarna biru muda metalik : Adrenaline Agent XC 3!! Ngobrol-ngobrol dengan pemilik toko yang baik hati nan ramah : Ko’ Ming, menghasilkan harga yang lebih mahal dari majuroyal. Waduh, itu sih harga yang sama dengan di website T.T Dinego pun tidak menghasilkan apa2. Bingung juga. Barangkali, ini satu-satunya Adrenaline Agent yang tersisa di Indonesia (halah.. lebay). Kalau menunggu kemunculan XC 4 dan XC 5 yang dikabarkan akan muncul tahun 2011, bisa2 uangnya udah abis duluan.
Akhirnya, setelah sholat Jum’at, saya membulatkan hati. Ambil Adrenaline di Ko’ Ming. Apalagi Ko’ Ming dikalangan penggemar sepeda Manado dikenal baik dan tidak hitungan. Ya selisih harga dengan di oom majuroyal itung2 biaya serpis, titip sepeda, dan konsultasi lah… hehehe… Tepat di jari terakhir tahun 2010, pukul 13.30, saya resmi meminang Reyna (nama panggilanku untuk si biru metalik Adrenaline Agent XC 3).
Langkah pertama : setting shockbreker sepeda!
Shockbreaker belakang Suntour Raidon Epicon air bisa diatur kekerasannya, dan disesuaikan dengan berat badan saya 83kg! Standarnya, sag (penurunan shock saat dinaiki) adalah maksimal 20% dari travel shock itu sendiri. Namun ternyata di badan si Raidon Epicon ada tabelnya : Untuk berat badan saya, disarankan tekanan 180-200psi. Jadi saya minta diset ke 200 psi saja dulu.
Shockbreaker depan Rockshock Tora SL juga sama : diset di 200 psi. memang dikomentarin “kekerasan” oleh Ko’ Ming, tapi saya yang terbiasa pake Nucleus + RST Gila merasa settingan dibawah 200 psi terlalu “empuk”.
Langkah kedua : first drive!
Setelah setting kekerasan shock depan dan belakang, juga setting RD FD, saatnya merasakan si Reyna. Impresi pertama :
- Sadel Keras! WTB Rocket ternyata jauh lebih keras daripada Sadel United empuk yang biasa saya pake.
- Handling sedikit lebih berat daripada Nucleus. Mungkin ini disebabkan ban kenda nevegal yang berat. Tapi perasaan emang posisi sedikit lebih bungkuk daripada pake Nucleus, padahal sama2 frame 17 inci. Jadinya posisi sadel saya majukan sampe mentok. Lumayan deh ga terlalu bungkuk.
- Shifting maknyuuus. Ternyata bener yaa.. groupset XT yang 3 kelas diatas Alivio (melewati Deore dan SLX) bener2 kerasa bedanya. Lebih mantap dan krispi. Apalagi fitur 2 way release nya membuat jari telunjuk bisa istirahat : shifting cukup pake jempol!
- Empuk. Akhirnya bisa merasakan empuknya fulsus yang dirancang bagus. (ga seperti fulsus murah yang pernah saya beli di Luwuk setahun silam). Gejala bobbing bisa dibilang ga terasa. Saat naik turun trotoar pun terasa nyaman dan stabil. Manstab. Memang sih terasa agak terlalu keras. Tapi gapapa lah. Dirasakan di trek ancur aja dulu.
Langkah Ketiga : Adaptasi dengan Onroad Keliling Manado
Hari Sabtu, Ko’ Ming mengabari : Minggu XC di Langowan sama2 MCM (Manado Cycling Mania – Komunitas Sepeda Manado). Jadinya Sabtu ba’da sholat Maghrib, kuputuskan untuk ajak si Reyna keliling Manado.
Dari mess, sepeda kuarahkan ke Kampus Unsrat melewati jalan Bethesda. Mau nyoba tanjakannya euy! Hasilnya, di tanjakan, si reyna terasa ringan walaupun sokbreker depan belakang ga dikunci. Menyusuri jalanan kampus yang sepi dan gelap, saya tergoda untuk meloncati trotoar. Saya ukur jarak, shifting ke gear yang lebih ringan, dan memacu sepeda sambil mengangkat pantat dari sadel… Loncat! Dengan ringan si Reyna melayang. Trotoar terlewati… tapi ternyata.. ada celah diantara 2 beton trotoar… pas ditempat roda depan mendarat… Gedubrak…!!! Terpelanting ke depan dalam posisi tiarap dan Reyna jungkir balik disebelahku. Untung ga ketimpa. Langsung bangun dan mengecek badan. Aman. cuman sedikit lecet di siku kiri dan kanan, plus memar di jempol kaki. Lanjut cek kondisi Reyna. Karena gelap jadi ga keliatan apa2. Kubawa ke lampu jalan terdekat, dan ternyata ada 1 goresan kecil di Rear Derailleur Shimano XT nya.. huaaaa… hiks.. hiks…
Perjalanan dilanjutkan dengan menahan perih. Ke malalayang bayarin hotel teman-teman Ghotic, dan kemudian menyusuri Boulevard Manado sampai ke kawasan Megamas dan foto-foto di Pohon Terang tertinggi. Lanjut ke taman kota depan BNI, dan menyusuri jalan Sam Ratulangi sampe kembali ke mess. Huff.. lumayan cape juga. Kenda Nevegal nya ini lhooo…. T.T
Langkah Keempat : Siksa di trek XC Langowan!
Minggu pagi, saya segera bersiap dan meluncur dengan si Reyna ke Toko Dunia Sepeda nya Ko’Ming. Setelah berkenalan dengan teman2 MCM, akhirnya jam 10.00 wita kami meluncur ke Langowan. Kota di dataran tinggi Minahasa yang berjarak sekitar 50km dari Manado. Digowes? Engga laah. Dinaekin pickup doong. Total 12 sepeda. Cerita lengkapnya akan saya paparkan di lain kesempatan deh.
Reyna saya siksa di trek XC Langowan… Jalan menanjak, turunan makadam, Genangan air dan lumpur sedalam hampir 1 ban, single trek tanah + batu.. jalanan pasir… semua bisa dilalui dengan mulus.. dan terutama NYAMAN…! Baru terasa enaknya pake fulsus nih. Alamat susah balik lagi ke hardtail. Biasanya kerepotan nahan getaran di makadam.. sekarang bisa dilalui dengan muluuuuussss dan nyaman. Ban kenda nevegalnya juga mantap. Di beberapa jalur yang tampak licin, sudah siap2 akan terpeleset, tapi ternyata malah melaju dengan mulus. Shifting juga ga ada masalah. Biar udah belepotan lumpur juga tetep gampang banget shiftingnya. Cuman FD yang kayaknya perlu disetting lagi karena beberapa kali susah pindah ke gigi satu yang ringan.
Yang masih kurang memuaskan adalah brakeset. Mungkin karena masih baru, masih kurang pakem, dan rotor berdengung kalo direm kuat-kuat. Yaah.. tampaknya untuk brakeset masih harus dites lagi deh. Tapi overall sih PUAS BANGET…!! Si Reyna ini bener2 very worhted to buy deh.. (kalau masih ada yang jual.. hehehe)
#ditulis dan diedit beberapa kali di sela waktu kerja…
Torry Parantoro
5 January, 2011
membaca crita ini, kesannya Mas Ichan lebih paham seluk beluk speda daripada pulsarnya yaa..
insan
5 January, 2011
Hahaha… oom torry bisa ajah… 😀
Mungkin.. karena sepeda komponennya lebih sedikit, dan bisa saling dipertukarkan dengan mudah karena standarisasi ukuran.
Coba bandingkan dengan pulsar. Mau pake pelek GSX 400, pasti perlu ubahan lumayan banyak. Mau pasang cakram lebarnya… harus tanya dulu dudukannya sama ga? Adaptor kalipernya gimana?
Mau ganti tangki dengan punyanya bison, apa bisa langsung pasang?
Tapi tetep oom, hobi bermotor ria dengan pulsar ga bisa dihilangkan. Malah nambah neh. Apalagi ternyata sepedahan meningkatkan skill bermotor, dan juga stamina. Dulu Manado Gorontalo biasa saya tempuh dalam waktu 8-12 jam. Setelah sepedahan, cukup ditempuh 6-9 jam saja. Hehehe…
bayuwhy
5 January, 2011
Asik reviewnya, sambil cerita… tapi nama saya kok disebut-sebut ya?
Itu rear shocknya kok pakai Raidon sih? Bukannya Epicon?
Insan - Kinan
5 January, 2011
Hihihi… maklum kang… namanya juga nubie belajar sepedah dan nubie belajar nulis… bari siwer dan lieur kerja lagi… :p makanya ini juga nanya dulu sama suhu nya… ^_^
Nuhun komentarnyah. Kesalahan sudah diperbaiki. Kalo kang Bayu tak berkenan namanya dicantumkan.. akan saya hapus deh…
bayuwhy
6 January, 2011
Nggak apa-apa, nyantai aja… dicantumin kan jadi ngetop, heheheu…
Insan - Kinan
6 January, 2011
Hahaha… nuhun kang… di link keun ka multiply na sakantenan?
augy
6 January, 2011
buset dah, tuh adrenaline spek tinggi, masih mau diupgrade.
ane nunggu limbahannya aja dah.
Insan - Kinan
6 January, 2011
sementaun ga akan diupgrade kang… nanti paling ganti fork u turn 85-130. Tapi limbahannya pasti ditampung sama nucleus. Hehehe.. ini ada RST Gila. Mau nampung?
rooo
21 March, 2011
wah mantap gan, kalo kelas saya masih diamante xt 🙂
Insan - Kinan
21 March, 2011
ahh.. yang penting kan sepedaannya… ^_^
#pengalaman kemaren dbandung disusul ditanjakan sama bapak2 pake diamente… T.T
Rudy
16 May, 2011
alow bro…ada bujet 5.5 juta,rencana pengen beli saepeda polygon cosmic 2.0….tapi aku bingung…nambah dikit dpt andrenalin 2.0 atau pilih thrill agent xc 2….
menurut bro gmn??? knp aku lebih dominan condong ke polygon cosmic 2.0 ya, padahal group set nya bagusan thrill agent xc 2, ato andrenalin xc 2…
apa kelebihan dan kekurangan masing tu sepeda..bingung gua…
Insan - Kinan
18 May, 2011
Hallo juga bro.. tks udah mampir ke blog gw…hehehe..
sebenernya semua masalah selera yaa.. tapi mungkin cerita gw ini bisa jadi sedikit pertimbangan :
Seperti yang gw tulis di blog, gw pertamanya pake hardtail, united nucleus warna putih. Setelah beberapa bulan, baru beli Adrenaline Agent. Dan setelah itu, praktis si Nucleus ga pernah gw pake lagi.
Yup, memang adrenaline lebih berat dari nucleus hardtail saya, tapi kerasa beratnya kalo diangkat pake tangan, kalo digowes sih ga gitu kerasa lah. Dengan beda 2 kilo an, gw pikir sama aja dengan bawa ransel, atau naruh botol minum, sadel bag, dan lain2… iya kan? Lagian adrenaline ini shock belakangnya udah pake lock, jadi di tanjakan, ya tinggal lock aja… berasa hardtail deh.
Kenyamanan… ga usah ditanya lagi : fulsus pasti lebih nyaman.. hehehe… makadam? lewaaatttt… uenak banget!!! Lebih enak dan lebih pede ajrut2an karena fulsus…
Yang gw rasa kurang dari adrenaline, cuman travel fork yang “cuma” 100mm. Sempat agak kurang pede di turunan. Tapi lagi2 itu gw anggap sebagai tantangan aja. Skill yang bermain.. hehehe… Sekarang udah pede aja di turunan… dan aman2. sedangkan temen2 yang pake travel 120 atau lebih malah cuman dituntun, atau jumpalitan di turunan..
Grupset. Ini lagi hasil pengamatan gw : dengan harga segitu, adrenaline / thrill lebih value for money. Coba aja cari speda fulsus dengan fork rockshock tora dan grupset XT mix deore dan brakeset hidro di harga 9 juta (untuk adrenaline xc3). Jawabannya : gak ada lagi.
Jadi kalo gw sih, akan pilih adrenaline, atau thrill agent, baru cozmic di pilihan terakhir.
selamat hunting sepeda ya. Jangan kelamaan mikir. Nanti ga jadi2.. hehehe…
Regard-Insan
widya
17 June, 2011
lihat specs adrenallin cx3 jadi pingin…bagus ulasannya buat masukan…salam
Insan - Kinan
19 June, 2011
Ada beberapa kekurangan adrenaline agent, menurut saya siih.. yaitu :
1. Seperti kata oom Bayu Wahyudi, ada pivot sambungan yang masih pake baut, belum bearing. Tapi saya juga pernah liat 1 sepeda DH merk terkenal yang sambungannya pake baut biasa. Jd yang penting sih sering2 dicek aja bautnya.
2. Mentok. Adrenaline bisa adjusting rearshock travel, kayak Polygon Proxymo. Nah kalo diset ke travel terpanjang, harus nambah angin di shock nya, dan kadang batang penguat arm shock nya mentok ke seat tube.
3. Geometri. Udah enak siih. Tapi kalo dibanding frame sejuta umat, Patrol 512, si adrenaline kalah. Patrol lebih enak dipake nanjak. Hehehe.. kalo si adrenaline entah kenapa di jalan turun kerasa lebih laju
Irwan E.P.
11 July, 2011
ah saya juga jadi pengen
Insan - Kinan
11 July, 2011
pengen yang mana oom??
Abraham Pelenkahu
29 September, 2011
wah..ortu sy 2-2nya asli Manado cuma tinggal di JKT. jd kangen kampung halaman nih. ternyata disana ada jg trek khusus XC. sepeda sy cuma rakitan pake frame Wimcycle C-One. baru main XC sebatas hutan UI dan JPG aja.
Insan - Kinan
19 October, 2011
wah trek XC-DH sekarang udah ada mas… coba aja main2 ke facebook nya MCM – Manado Cycling Mania..
btw salam kenal ya.. tks udah mampir. Saya pengen nyobain JPG euy
dino
25 October, 2011
speda y bagus2 yahh…tapi harga y muahal buanget…
Insan - Kinan
31 October, 2011
kalo mahal nya sih relatif ya oom… ^_^
ya namanya kalo udah hobi, kadang harga jadi pertimbangan ke sekian… ga cuma di sepeda.. hehehe..
Milis
11 November, 2011
Oom mau nanya agak banyak nih biar jelas pake point ya Oom, soale lagi naksir berat sama adrenaline tapi belum berani ambil karena belum pernah coba naik langsung.
1. saya pernah baca kalo ga salah di forum sepedaku.com, frame belakang adrenaline ini ga rigid suka agak bergoyang apakah betul ?
2. Sama seperti yang Oom jawab diatas adrenaline untuk tanjakan kalah sama patrol
ini apakah karena berat sepeda ato geometri ? lagi2 di forum sepedaku bilang katanya adrenaline kalo lagi nanjak gampang ngangkat ?
3. kalo disuruh pilih giant anthem 2nd dengan spec yg hampir sama dengan xc3 dan harga juga mirip2 Oom ambil yang mana Oom, mohon saran.. ato alesanya 🙂
sorry ya Oom noob nih masih belajaran..jadi nanyanya panjang
Insan - Kinan
11 November, 2011
tks udah berkunjung ke blog saya ya om milis ^_^. Saya juga masih noob kok. Tapi sya coba jawab, agak panjang yaaa…
1. Setau saya, hampir semua frame sepeda ga rigid banget oom. Kalo kita pedalling nya pake power, misal di tanjakan sambil berdiri, pasti bagian belakang frame agak goyang. Itu di di sepeda2 yang pernah saya cobain yaa. Ga berani komen kalo soal sepeda yang belom dicobain. Adrenaline masih normal kok. Mungkin yang lebih harus dicermati adalah pivot (sambungan bergeraknya) masih pake baut biasa. Sering2 dicek aja. Siapa tau longgar. Saya sih ga pernah ngalamin longgar. Padahal pake sepedanya lumayan pecicilan. Kalo mau, bisa diakali dengan ganti bautnya dengan yang model laher. Ada kok tutorialnya di forum adrenaline kaskus. Selain soal baut sih, buat saya frame belakang adrenaline ga ada masalah.
2. Patrol geometri nya lebih bagus. Bukan soal berat. Tapi sekali lagi itu masalah selera. Soal nanjak juga. Suka nanjak banget sampe idung nempel di stem kayak dago bengkok / padasuka? (di bandung) baru kerasa kalo adrenaline lebih gampang ngangkat daripada patrol. Kalo tanjakan biasa2 aja sih, relatif ga kerasa lah.
3. Wow, giant anthem 2nd apa yang harga n speknya mirip XC3? saya mau deh. Hehehe… Mungkin bisa dishare spek anthem nya oom. Saya sih belon pernah nyobain anthem, tapi mengingat nama besar giant, saya kayaknya akan pilih giant anthem aja, selama kondisi sepeda masih normal, dan ukuran sepedanya pas buat saya. Saran terakhir sayah sih. Kalo bisa dicobain dulu. Percuma spek bagus, harga murah, frame keren, tapi ga enak dipake.
Milis
11 November, 2011
Waa.. thanks berat Oom sharingnya, jadi lebih manteb mo ambil XC3 🙂
waktu itu sebenernya ga sengaja lagi benerin sepeda di salah satu bengkel, sambil liat2
ada giant anthem, cuma spek detail saya ga perhatiin dia bilang mo dijual 8,5jt (nanti kalo pas lewat lagi saya catet spec detail – moga2 belum laku …ngarep.com… :-p )
terakhir Oom pertanyaan tambahan… apa minus nya dari XC3 yang paling menggangu selama dipake, thanks ya Oom.
Insan - Kinan
11 November, 2011
minusnya udah saya tulis di komen atas lho..
mengganggu sih ga ada, cuman karena saya suka gaspol di turunan, fork travel 100 nya kerasa kurang. Hehehe… sama ban kenda nevegal ukuran 1,95 kurang gede uy.
euh 1 lagi. Pantatku kurang cocok sama WTB Rocket, jadinya ganti sama velo plush gel bolong. Udah itu aja kok.
happy hunting sepeda oom. Jangan kepengaruh sama racun2 upgrade. Dinikmati aja sepedanya sampe ngerasa bener2 perlu upgrade, bukan ingin upgrade.
didik
26 January, 2012
bozz….. setelah baca sekian byk koment saya jadi tertarik juga nih,,,,, tp setelah sy liat di website wimcycle khusunya adrenalin x3 kok spek nya beda yang bozz cantumin ya…
spek nya sudah gak pake deore XT lagi..
yang bener yg mana nih bozz
Insan - Kinan
30 January, 2012
Iya oom. Adrenaline xc3 saya itu edisi 2010. Masih pake XT, dan fork rockshox tora. Untuk 2011, spek nya turun jadi pake SLX.. Hehehe..
Miko
14 September, 2012
Caaaan
Sebel banget.. Tiap googling wim cari info yg nongol blog lo mulu.. Heran gw… Sakti amat tag lo
Insan - Kinan
17 September, 2012
hahahaha… keren kan? biar ane ngetop cyiiiinn…
megantoro
8 March, 2013
apakah rst gila t100 memang keras ya?
kalau keras gak jadi tak upgrade..
hehehe..
Insan - Kinan
8 March, 2013
Memang karakternya keras om. Beda dengan suntour xcm
masura
15 October, 2013
mas emg collosus kenapa gan? bukanya frame no1 okal karena brand polygon?
Insan - Kinan
15 October, 2013
ga kenapa2. collosus baguss. mungkin selera aja sih ya. entah kenapa liatnya juga udah ga pengen. hahaha…
FYI sekarang saya pake adrenaline agent AM sebagai pengganti adreXC
arief
27 December, 2014
Bedanya AM sama XC apa om.. coz saya lg mau cari adrenLine jg nih. Tks
akangichan
27 December, 2014
Bedanya yg paling keliatan di travel shock / fork nya om. XC travelnya 100-120mm. Kalo AM 140-160..
Kalo ingin sepeda MTB all round saya sih prefer AM
sukarmo
25 September, 2014
ini artikelnya racun banget neh bikin pengen juga xixixiixix
akangichan
25 September, 2014
Racun sehat omm
warhol
20 March, 2017
Om mau tanya..tinggi saya 173…kalo mau pakek spdah thrill 4x ukuran frame berapa…suwun pencerahan mya
akangichan
19 April, 2017
M atau yang dibawah 18 inci ya
ryanhandoko2017
9 August, 2020
Mas.adrenalin xc 3 itu beratny brp kg ya? Thx sy mau jual online adrenalin xc 3 tp g tau beratny.sy timbang pake timbangan duduk cm 15 kg tp g tau akurat/g krn posisi sepeda nyender ke timbangan saat ditimbang d rmh.soalnya ditanya berat ny di toko online BL dkk. Saat isi form.mau tak jual krn slh ukuran kebesaran jd g bsa dipake sama sekali.sayang bgt pdhl msh mulus kinyis2.